Wujudkan Generasi Emas, BKKBN Sumbar Sosialisasikan Penurunan Stunting

    Wujudkan Generasi Emas, BKKBN Sumbar Sosialisasikan Penurunan Stunting
    Program kemitraan antara BKKBN Provinsi Sumbar bersama Anggota DPR RI dari Komisi IX Ade Rezki Pratama, S.E,.M.M A mengadakan sosialisasi Advokasi dan KIE Penurunan Stunting di Sumatera Barat yang diadakan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan pada Jum'at (19/01).

    Bukittinggi - Program kemitraan antara BKKBN Provinsi Sumbar bersama Anggota DPR RI dari Komisi IX Ade Rezki Pratama, S.E, .M.M A mengadakan sosialisasi Advokasi dan KIE Penurunan Stunting di Sumatera Barat yang diadakan di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan pada Jum'at (19/01).

    Dalam sambutannya Camat MKS Kota Bukittinggi Syukri Naldi menyampaikan, terima kasih telah terselenggaranya acara di Guguk Bulek karena tentunya apa yang akan disampaikan oleh narasumber ibu Fatmawati dari BKKBN Sumbat merupakan ilmu bagi kita semua kepada masyarakat bagaimana kita nanti maksimal dalam mengatasi problem yang kita hadapi beberapa tahun terakhir ini khususnya kasus stunting di Kota Bukittinggi.

    "Alhamdulillah kami sampaikan melalui program Pemerintah kota Bukittinggi yang disusun oleh Walikota Bukittinggi bapak Haji Erman Safar bahwasanya dalam penanganan stunting ini Alhamdulillah di kelurahan dan di kecamatan terkait dalam Posyandu ada peningkatan dalam pemberian makanan tambahan untuk balita, lansia dan remaja di tahun 2024 ini, " ungkap Syukri Naldi.

    Dikatakannya, tentunya sejalan dengan program strategis di Nasional bahwasannya kita didorong untuk bagaimana kita menurunkan angka stunting di kota Bukittinggi.

    "Alhamdulillah melalui Bapak Walikota Bukittinggi H.Erman Safar dalam penanganan stunting ini serta dukungan dari para kader ada makanan asupan tambahan untuk balita, " ujarnya

    Ia berharap, semoga dengan sosialisasi, advokasi dan KIE di kecamatan Mandiangin Koto Selayan bisa kita ambil ilmunya dan khususnya Kelurahan Campago Guguk Bulek.

    Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat, Fatmawati ST.M.Eng menyampaikan, setelah mendapatkan edukasi informasi informasi ketika kita pulang sudah banyak pula orang yang mengerti tentang bagaimana cara pencegahan stunting ini.

    "Kita harus ketahui bersama-sama stunting itu adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan seorang anak akibat karena kekurangan gizi,   biasanya itu menurut ditandai dengan tinggi badannya yang tidak sama dengan anak yang seusianya, " jelas Fatmawati.

    Dijelaskannya,   ini kita harus waspadai, tetapi jangan pula kalau melihat anak yang pendek langsung divonis, mana tahu pertumbuhannya bagus.

    "Intervensi stunting harus dimulai dari hulu, yaitu kepada remaja dan calon pengantin, pemantauan kepada ibu hamil sampai usia anak dibawah dua tahun. Selain itu menurut Fatmawati intervensi juga dilakukan pada pasangan usia subur, diperlukan pelayanan KB pasca melahirkan, edukasi pengasuhan anak dan kasih saying yang penuh terhadap anak. Kemudian pada saat anak umur balita, harus dipastikan mendapatkan ASI ekslusiv, Imunisasi lengkap, vitamin, dan pemberian manan tambahan yang kaya protein.

    Menurut Fatmawati, jika angka stunting di bawah 19 persen, maka angka stunting akan berada pada posisi aman. Tapi jika sudah pada persentase 24 persen bahkan hampir 25 persen, ini merupakan kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Artinya dari 10 orang Balita yang ada, maka dua atau tiga orang Balita tersebut adalah stunting. Ini, tentu akan menganggu Sumber Daya Manusia (SDM) di sekitar lingkungan yang tentu saja akan berimbas pada penyediaan SDM yang berkualitas, tegasnya.

    “Untuk itu kita tidak henti-hentinya melakukan advokasi, , sosialisasi dan menyampaikan informasi kepada masyarakat, agar tetap peduli dan harus melakukan apa saja untuk membantu mencegah stunting.

    Pemberian gizi yang seimbang akan dan menutup celah stunting. Banyak hal yang bisa dilakukan atau di perhatikan diantaranya dengan penyiapan usaha preventif, mulai dari calon penganten, kalau bisa menikah di usia 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Karena di usia tersebut di anggap sudah siap dari  dari segala hal, seperti siap mental, finansial, phisikologi, lingkungan terutama kesehatan, ” papar Fatmawati lagi..

    Di samping itu, juga dilakukan pemberian tablet tambah darah, . Khusus di Kabupaten Dharmasraya, sebanyak 20 persen, pasangan yang akan menikah, masih menderita anemia. Jika tidak di dampingi, maka juga akan memberikan celah atau akan melahirkan anak stunting. Dan bagi ibu hamil juga harus rutin memeriksakan diri ke Faskes, sebanyak enam kali, sehingga tahu akan perkembangan janin. Dan setelah lahir anak juga harus di beri ASI eksklusif selama enam bulan atau tanpa ada makanan pendamping ASI, tegas Fatmawati

    Selanjutnya Ade Rezki Pratama menyampaikan Stunting ini perlu menjadi perhatian kita bersama. Stunting adalah gagal tumbuh kembang seorang anak dibandingkan anak seusianya, yang salah satunya diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis.

    "Tidak hanya berat badannya, lama-lama bisa jadi busung lapar kalau masih tidak mendapatkan perhatian juga akhirnya gagal tumbuh dan gagal hidup dan akhirnya wafat.

    Stunting itu tidak hanya karena kekurangan gizi salah satunya adalah anak stunting dilahirkan karena akibat pernikahan dini.

    ” Pencegahan stunting sejak dini, Masyarakat dapat memperbaiki pola asuh menjadi lebih baik dengan cara memberikan pemahaman kepada generasi muda terutama anak usia muda supaya memperhatikan kembali usia matang ketika melakukan pernikahan, ”kata Ade Rezki Pratama

    Lanjut dikatakannya, hal itu berdampak pada pencegahan bayi lahir prematur yang berpotensi stunting, Sedangkan usia ideal perempuan menikah adalah di usia 21 tahun dan melalui tahapan screening serta pendidikan pernikahan yang diedukasi oleh Kantor Urusan Agama (KUA)

    "Juga memastikan pasangan dalam kondisi ideal sebelum hamil, membantu mempersiapkan kondisi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal di 1000 Hari Prtama Kehidupan (HPK) yang mulai sejak hari pertama janin didalam kandungan, " ungkapnya.

    Dijelaskannya, 1.000 HPK sangat dipengaruhi kondisi kesehatan calon ibu sebelum menikah, membantu mendeteksi dan memperkecil faktor resiko, kondisi tidak ideal yang dapat mempengaruhi buruk pada proses kehamilan dan persalinan serta pertumbuhan dan perkembangan janin dan bayi.

    Selain itu juga calon pengantin sangat diperlukan pengecekan potensi anemia pemeriksaan tersebut sangat penting karena jika nanti hamil dengan kondisi anemia maka pertumbuhan bayi yang dikandungnya tidak optimal, tubuhnya pendek dan stunting, serta dilakukan pengecekan tinggi badan, berat badan dan ukuran lingkar lengan atas.

    “Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah calon ibu mengalami kekurangan gizi kalori, protein atau kelebihan berat badan yang juga akan berpengaruh pada pertumbuhan bayi yang akan di kandungnya, ” katanya

    Selain itu, perlunya pendidikan budi pekerti para calon Pasutri berkoordinasi dengan pihak kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada calon Pasutri, Target pemerintah di tahun berikutnya, mencanangkan program dengan harapan anak menjadi generasi emas, generasi yang mampu berdikari, mapan, serta sejahtera untuk diri sendiri dan keluarga

    "Untuk itu, pengawasan terhadap pengendalian penduduk masyarakat kita di kota Bukittinggi bagi pasangan usia subur, kita sukseskan program KB salah satunya dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti IUD, setril, suntik, vasektomi dan lain lain, " pungkas Politisi Partai Gerindra Ade Rezki Pratama.

    Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bukti Tinggi, Nauli Handayani SKM M.Si memaparkan, Pemerintah kota Bukittinggi di tahun 2022 kemarin itu sudah prevalensi stunting nya 16, 8% artinya dibandingkan dengan tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 3, 8% nah mudah-mudahan di tahun 2023 kemarin kita juga berhasil menurunkan prevalensi stunting ini

    "Target penurunan stunting ini adalah 14 %, tetapi kita di Bukittinggi lebih optimis lagi , target kita di tahun 2024 ini adalah 11, 6 % artinya Pemerintah kota Bukittinggi kita memperhatikan kondisi wilayah menganalisa juga bagaimana situasi dan kondisi serta kependudukan di Kota Bukittinggi maka kita lebih optimis menurunkan stunting ini sampai ke angka 11, 6 persen, " jelas Nauli Handayani.

    Ia berharap mudah-mudahan dengan bantuan bapak ibu kader, masyarakat kita bersama-sama berhasil mencapai target yang telah ditetapkan.

    Hadir pada acara tersebut, Ade Rezki Pratama, Ketua Perwakilan BKKBN Provinsi Sumbar Fatmawati ST, . M.Eng, Kadis DP3PPKB Nauli Handayani, Camat Mandiangin Syukri Naldi, Kompol ZamZami, Tokoh masyarakat, Ninik Mamak dan undangan.

    (LindaFang).





















    bukittinggi sumatera-barat
    Linda Sari

    Linda Sari

    Artikel Sebelumnya

    Perdana, 27 Siswa PPS Mandala Kampung Sumua...

    Artikel Berikutnya

    Satu Juta Pengunjung Masuk Objek Wisata...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Danlanud Sultan Hasanuddin Mengantar Keberangkatan Wakil Presiden RI Kunker Ke Larantuka
    TNI dan ADF Bicarakan Peningkatan Kerjasama Militer
    Lulus S3 1,5 Tahun: Siapa Bilang Pendidikan Harus Lambat?

    Ikuti Kami